TIMES TEMANGGUNG, JAKARTA – Saat Imlek atau Tahun Baru Cina kue keranjang menjadi makanan wajib.
Kue keranjang sebenarnya mirip dengan dodol, terbuat dari tepung ketan dan gula. Tak heran ada juga yang menyebut kue keranjang sebagai dodol cina.
Bahasa Mandarin kue kerajang disebut nian gao atau niangao yang artinya kue lengket karena teksturnya yang lengket. Sumber lain menyebut niangao berarti kue tahun yang isajikan setiap perayaan tahun baru Imlek. Tradisi di Cina, menyajikan dan menyantap kue keranjang dipercaya membawa keberuntungan.
Lantas mengapa di Indonesia namanya kue keranjang? Disebut kue keranjang karena pada proses pembuatannya dicetak menggunakan wadah berbentuk keranjang.
Sejarah kue keranjang
Dirangkum dari berbagai sumber kue keranjang sudah tercatat dalam sejarah sejak 2.500 tahun yang lalu.
Kue keranjang berasal dari Suzhu, Cina. Awalnya kue ini dibuat pada masa paceklik.
Penduduk Cina mengalami kekeringan dan mengungsi ke daerah yang lebih subur. Di tempat yang baru mereka membuat gula yang dicairkan bersama tepung beras ketan. Mereka sengaja menggiling beras ketan menjadi tepung untuk mengehemat bahan pangan. Jika dijadikan tepung akan lebih banyak yang dapat menikmati.
Adonan tepung dan gula itu diaduk terus menerus hingga menghasilkan tekstur yang kenyal. Kemudian dicetak di keranjang bulat terbuat dari bilah bambu dan dialasi daun pisang. Karena banyak membuatnya, sebagian dimakan dan sisanya disimpan dengan cara disusun bertingkat.
Makanan tersebut dianggap penyelamat warga. Sejak saat itu, orang cina selalu membuat kue keranjang untuk perayaan tahun baru Imlek maupun perayaan musim semi.
Di Indonesia kue keranjang sudah ada sejak abad ke-19, seiring dengan kedatangan pedagang Cina di Indonesia. Kue ini kemudian diadopsi oleh warga lokal sebagai dodol dan jenang.
Namun sumber lain menuliskan dodol sudah ada sejak zaman Kerajaan mataram Kuno (Medang). Makanan manis legit ini tercatat dalam Prasasti Alasantan dan Prasasti Sangguran sebagai pencuci mulut pada bangsawan di Istana Mataram Kuno
Sedangkan jenang ketan juga sudah ada sejak zaman Hindu. Makanan ini sudah sering disajikan saat acara istimewa, seperti pernikahan maupun upacara adat keagamaan.
Meski berbahan sama, namun kue keranjang, dodol dan jenang memiliki perbedaan, seperti bentuk dan tekstur. Oiya untuk jenang biasanya ditambahkan santan sebagai bahan bakunya.
Saat Imlek seperti saat ini, banyak pedagang yang menjajakan kue keranjang. Kue keranjang ternyata ada beberapa jenis berdasarkan wilayah di Cina.
Macam-macam kue keranjang
Ada kue keranjang khas utara yang berada di Shanxi dan Mongolia Dalam. Kue keranjang di wilayah tersebut biasanya cenderung berwarna putih dan kuning. Biasanya diberi isian jujube, kacang merah dan kacang hijau.
Kue keranjang khas timur dari Shanghai yang terbuat dari beras non ketan dan disajikan dengan cara digoreng. Biasanya disajikan bersama daging babi.
Kue keranjang khas Kanton yang memiliki ciri khas gula merah sehingga warnanya kuning tua dan teksturnya lengket. Kue keranjang khas Kanton bisa langsung dimakan atau digoreng dengan irisan tipis.
Dan terakhir ada kue keranjang khas Fujian atau Hokkien yang dibuat dengan gula merah dan gula putih serta kacang tanah. Ada juga yang ditambahkan kurma, biji melon dan kenari. Kue keranjang Hokkien dibungkus telur atau tepung maizena kemudian digoreng. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Sejarah Kue Keranjang, Makanan Wajib Saat Imlek
Pewarta | : Dhina Chahyanti |
Editor | : Dhina Chahyanti |