TIMES TEMANGGUNG, MALANG – Setidaknya 18 orang tewas—12 di antaranya anggota kepolisian—dan lebih dari 60 lainnya luka-luka akibat teror mematikan di Kolombia, Kamis (21/8/2025). Dua serangan beruntun, berupa pesawat tak berawak dan bom mobil, mengguncang negeri itu hingga menambah daftar panjang tragedi kekerasan di Amerika Latin.
Tragedi bermula ketika sebuah helikopter polisi yang tengah menjalankan misi pemberantasan tanaman koka di atas perkebunan dihantam serangan pesawat tak berawak. Helikopter itu jatuh dan menewaskan 12 petugas yang berada di dalamnya.
Tidak berhenti di situ, sebuah bom mobil diledakkan di kota Cali, wilayah barat Kolombia. Ledakan keras menewaskan enam orang dan melukai puluhan warga sipil. Saksi mata menyebut, sasaran serangan adalah Sekolah Penerbangan Militer Marco Fidel Suarez, yang lokasinya berdekatan dengan permukiman warga. Puluhan rumah pun rusak akibat dahsyatnya ledakan.
Tantangan Baru Perdamaian
Presiden Kolombia, Gustavo Petro, menegaskan helikopter yang diserang itu sedang melaksanakan operasi resmi negara. “Negara tidak akan menyerah pada terorisme. Kejahatan ini akan ditindak dengan kekuatan hukum penuh,” tegas pernyataan Kementerian Pertahanan melalui media sosial.
Menteri Pertahanan Pedro Sanchez menyebut serangan itu sebagai aksi teroris. Ia menuding kelompok gerilya EMC, cabang terbesar dari FARC, berada di balik tragedi. “Serangan pengecut terhadap warga sipil ini merupakan reaksi putus asa atas hilangnya kendali atas perdagangan narkoba di Valle del Cauca, Cauca, dan Nariño,” ujarnya.
Sanchez juga menyalahkan kartel narkotika pimpinan Ivan Mordisco, yang disebut masih aktif mengendalikan jaringan perdagangan kokain.
Eskalasi Serangan Pesawat Tak Berawak
Serangan pesawat tak berawak semakin marak di Kolombia. Pada 2024, tercatat ada 115 serangan semacam itu, sebagian besar dilakukan kelompok bersenjata ilegal. Hanya sepekan sebelumnya, tiga tentara Kolombia juga tewas akibat serangan serupa di barat daya negara tersebut.
Data PBB menambah kekhawatiran itu. Laporan terbaru Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan menyebut, lahan koka di Kolombia mencapai rekor 253.000 hektare pada 2023—angka tertinggi sepanjang sejarah.
Respons Darurat
Wali Kota Cali, Alejandro Eder, langsung menetapkan status darurat militer di kota terbesar ketiga Kolombia tersebut. Ia juga memberlakukan larangan masuk sementara bagi truk-truk besar serta menawarkan hadiah 10.000 dolar bagi warga yang memberi informasi terkait pelaku.
“Suara gemuruh ledakan itu seperti dunia runtuh di dekat pangkalan udara,” tutur seorang saksi mata kepada AFP.
Sementara itu, pihak berwenang mengumumkan telah menangkap seorang yang diduga anggota kelompok pembangkang FARC di lokasi ledakan.
Perdamaian yang Rapuh
Serangan mematikan ini kembali menegaskan rapuhnya proses perdamaian di Kolombia pasca-perjanjian damai 2016. Meski secara formal FARC telah bubar, sejumlah faksi pembangkang dan kartel narkotika masih beroperasi, terutama di wilayah Antioquia, Cauca, dan Nariño.
Kolombia kini kembali dihadapkan pada ujian besar. Dengan pemilu yang semakin dekat, teror ini menjadi pengingat pahit bahwa jalan menuju perdamaian di negeri penghasil kokain terbesar dunia itu masih panjang dan penuh darah. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Serangan Mengerikan di Kolombia: 18 Tewas, Termasuk 12 Polisi
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Imadudin Muhammad |